Sabtu, 26 November 2011

SEJARAH KALKULUS

SEJARAH KALKULUS
Kalkulus (Bahasa Latin: calculus, artinya “batu kecil”, untuk menghitung) adalah cabang ilmu matematika yang mencakup limit, turunan, integral, dan deret takterhingga. Kalkulus adalah ilmu mengenai perubahan, sebagaimana geometri adalah ilmu mengenai bentuk dan aljabar adalah ilmu mengenai pengerjaan untuk memecahkan persamaan serta aplikasinya. Kalkulus memiliki aplikasi yang luas dalam bidang-bidang sains, ekonomi, dan teknik; serta dapat memecahkan berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan aljabar elementer.
Kalkulus memiliki dua cabang utama, kalkulus diferensial dan kalkulus integral yang saling berhubungan melalui teorema dasar kalkulus. Pelajaran kalkulus adalah pintu gerbang menuju pelajaran matematika lainnya yang lebih tinggi, yang khusus mempelajari fungsi dan limit, yang secara umum dinamakan analisis matematika.
.
Sejarah
Sejarah perkembangan kalkulus bisa ditilik pada beberapa periode zaman, yaitu zaman kuno, zaman pertengahan, dan zaman modern.
Pada periode zaman kuno, beberapa pemikiran tentang kalkulus integral telah muncul, tetapi tidak dikembangkan dengan baik dan sistematis. Perhitungan volume dan luas yang merupakan fungsi utama dari kalkulus integral bisa ditelusuri kembali pada Papirus Moskwa Mesir (c. 1800 SM) di mana orang Mesir menghitung volume piramida terpancung. Archimedes mengembangkan pemikiran ini lebih jauh dan menciptakan heuristik yang menyerupai kalkulus integral.
Pada zaman pertengahan, matematikawan India, Aryabhata, menggunakan konsep kecil takterhingga pada tahun 499 dan mengekspresikan masalah astronomi dalam bentuk persamaan diferensial dasar. Persamaan ini kemudian mengantar Bhaskara II pada abad ke-12 untuk mengembangkan bentuk awal turunan yang mewakili perubahan yang sangat kecil takterhingga dan menjelaskan bentuk awal dari “Teorema Rolle“. Sekitar tahun 1000, matematikawan Irak Ibn al-Haytham (Alhazen) menjadi orang pertama yang menurunkan rumus perhitungan hasil jumlah pangkat empat, dan dengan menggunakan induksi matematika, dia mengembangkan suatu metode untuk menurunkan rumus umum dari hasil pangkat integral yang sangat penting terhadap perkembangan kalkulus integral. Pada abad ke-12, seorang Persia Sharaf al-Din al-Tusi menemukan turunan dari fungsi kubik, sebuah hasil yang penting dalam kalkulus diferensial.  Pada abad ke-14, Madhava, bersama dengan matematikawan-astronom dari mazhab astronomi dan matematika Kerala, menjelaskan kasus khusus dari.. deret Taylor, yang dituliskan dalam teks Yuktibhasa.
Pada zaman modern, penemuan independen terjadi pada awal abad ke-17 di Jepang oleh matematikawan seperti Seki Kowa. Di Eropa, beberapa matematikawan seperti John Wallis danIsaac Barrow memberikan terobosan dalam kalkulus. James Gregory membuktikan sebuah kasus khusus dari teorema dasar kalkulus pada tahun 1668.
Leibniz dan Newton mendorong pemikiran-pemikiran ini bersama sebagai sebuah kesatuan dan kedua orang ilmuwan tersebut dianggap sebagai penemu kalkulus secara terpisah dalam waktu yang hampir bersamaan. Newton mengaplikasikan kalkulus secara umum ke bidang fisikasementara Leibniz mengembangkan notasi-notasi kalkulus yang banyak digunakan sekarang.
Ketika Newton dan Leibniz mempublikasikan hasil mereka untuk pertama kali, timbul kontroversi di antara matematikawan tentang mana yang lebih pantas untuk menerima penghargaan terhadap kerja mereka. Newton menurunkan hasil kerjanya terlebih dahulu, tetapi Leibniz yang pertama kali mempublikasikannya. Newton menuduh Leibniz mencuri pemikirannya dari catatan-catatan yang tidak dipublikasikan, yang sering dipinjamkan Newton kepada beberapa anggota dari Royal Society.
Pemeriksaan secara terperinci menunjukkan bahwa keduanya bekerja secara terpisah, dengan Leibniz memulai dari integral dan Newton dari turunan. Sekarang, baik Newton dan Leibniz diberikan penghargaan dalam mengembangkan kalkulus secara terpisah. Adalah Leibniz yang memberikan nama kepada ilmu cabang matematika ini sebagai kalkulus, sedangkan Newton menamakannya “The science of fluxions“.
Sejak itu, banyak matematikawan yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan lebih lanjut dari kalkulus.
Kalkulus menjadi topik yang sangat umum di SMA dan universitas zaman modern. Matematikawan seluruh dunia terus memberikan kontribusi terhadap perkembangan kalkulus.


Tahun 2020 Indonesia KEHABISAN Guru


Hari-hari terakhir ini sedang gencar ditayangkan dua iklan layanan masyarakat di setasiun-stasiun televisi, baik TVRI maupun stasiun televisi swasta. Iklan yang satu berisi pesan tentang anak asuh dan yang lain melukiskan kekurangan guru di negeri kita tercinta ini. Walaupun hanya berdurasi beberapa detik, kedua iklan ini cukup mengundang perhatian, terutama iklan yang disebutkan terakhir.

Kekurangan guru. Sungguh sebuah realitas potret pendidikan kita (salah satu sisi) yang sangat menyedihkan. Betapa tidak, pendidikan adalah modal utama terciptanya kemajuan peradaban sebuah bangsa. Di pihak lain, guru sebagai tenaga profesional di bidang ini justru jumlahnya semakin langka.Lalu, apa jadinya jika pada tahun-tahun mendatang tidak mudah dijumpai sosok guru? Barangkali Anda semua sudah tahu jawabannya. Sudah pasti peradapan kebudayaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini semakin parah daripada kondisi sekarang. Mengapa sampai terjadi kondisi seperti ini?KILAS BALIKKeadaan pendidikan seperti dipaparkan pada bagian sebelumnya tentu tidak terjadi bagitu saja. Hal itu pasti ada pemicunya. Penyebab kekeurangan guru yang akan saya paparkan di sini bukan berasal dari hasil penelitian mendalam, tetapi sekadar pengamatan sekilas dan dugaan. Penyebab penurunan jumlah sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini guru, akhir-akhir adalah ditutupnya lembaga-lembaga pendidikan keguruan.Pada paruh pertama tahun 1990-an semua Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Pendidikan Guru Agama (PGA) ditutup. Penutupan lembaga pendidikan tersebut beralasan bahwa jenjang pendidikan dasar sudah tidak layak lagi diajar oleh guru-guru tamatan SPG yang notabene hanya berjenjang pendidikan menengah. Sebagai gantinya dibukalah Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Selain itu, sebelum penutupan lembaga-lembaga pendidikan keguruan itu didahului dengan lahirnya sebuah kebijakan yang menetapkan bahwa lulusan SPG tidak otomatis atau langsung diangkat sebagai pegawai negeri, kecualai beberapa orang siswa berprestasi pada tiap angkatan. Akibatnya, banyak lulusan SPG yang beralih ke profesi lain, misalnya pekerja pabrik atau tambak. Fakta seperti ini sangat disayangkan karena para siswa SPG adalah siswa pilihan. Lulusan SLTP yang dapat diterima di SPG adalah siswa yang mempunyai NEM minimum 42,00 dan harus melalui ujian saringan yang bertahap-tahap. Hal itu menunjukkan bahwa yang dapat d iterima di SPG adalah manusia-manusia cerdas dan pilihan. Jadi, mereka sebenarnya adalah tenaga-tenaga potensial.Berikutnya, menjelang akhir tahun 2000, semua IKIP di Indonesia berubah menjadi universitas meskipun masih ada beberapa STKIP dan FKIP di universitas-universitas. Perubahan status ini tentunya diikuti juga perubahan visi dan misi. Semula berstatus Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK)sebagai pencetak tenaga-tenaga pendidik profesional berubah menjadi universitas yang mencetak sarjana-sarjana ilmu murni. Barangkali kebijakan ini bertujuan untuk mencapai target sarjana-sarjana andal di bidang IPTEK dalam rangka menyongsong lahirnya Negara Indonesia sebagai negara maju berbasis teknologi. Obsesi seperti ini sangat bagus. Akan tetapi, penyakit latah bangsa Indonesia ini sukar sekali hilang. Artinya, pada waktu kibijakan perubahan status IKIP menjadi universitas itu disetujui, seharusnya beberapa IKIP di Jawa, Sumatera dan Sulawesi yang sudah berkualitas tetap dipertahankan. Dengan demikian, jumlah guru nantinya tetap tercukupi karena sampai kapan pun sektor pendidikan di sebu ah bangsa tidak akan ditutup. Hal itu berarti bahwa sampai kapan pun tenaga guru masih dibutuhkan.APA SOLUSINYAKekurangan guru, seperti diilustrasikan dalam iklan layanan masyarakat di televisi, baru terjadi pada jenjang pendidikan dasar. Apabila diamati, fenomena ini cukup realistis menggingat penutupan SPG dan PGA sudah hampir sepuluh tahun yang lalu. Lulusan PGSD pun tidak semuanya dapat diterima sebagai pegawai negeri. Sementara itu, pada jenjang pendidikan menengah fenomena kekurangan guru masih belum terasakan. Hal itu wajar karena penutupan IKIP-IKIP baru dua tiga tahun terakhir. BISAKAH ANDA BAYANGKAN PADA TAHUN 2020 MENDATANG?Untuk mengatasi persoalan kekurangan guru pada jenjang pendidikan dasar, barangkali buah pikiran saya ini dapat dijadikan bahan diskusi. Setelah kebijakan yang menghentikan pengangkatan tenaga guru sekolah dasar (SD), banyak lulusan SPG atau PGA beralih profesi ke bidang lain. Hal itu seharusnya tidak boleh terjadi mengingat mereka adalah tenaga-tenaga pilihan. Ditambah lagi oleh sistem penerimaan mahasiswa PGSD. Dari awal dibukanya, PGSD menerima mahasiswa dari lulusan SMA. Materi soal tesnya pun disesuaikan dengan standar pengajaran di SLTA umum. Tentu saja hal ini merupakan kendala bagi lulusan SPG atau PGA untuk bersaing dengan lulusan SMA karena materi yang diajarkan di SLTA umum dan kejuruan sudah barang tentu berbeda. Akhirnya, para lulusasan SPG jarang yang diterima.Pada saat perekrutan mahasiswa PGSD seharusnya yang diutamakan terlebih dahulu adalah lulusan SPG atau PGA. Baru kemudian setelah semua lulusan SPG atau PGA ini sudah habis, perekrutan dibuka untuk lulusan SMA.Akhirnya, untuk mengatasi persoalan kekurangan guru SD, mengapa tidak dicoba untuk memanggil kembali lulusan SPG dan PGA yang belum sempat diterima sebagai guru negeri? Beri mereka beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di PGSD atau STKIP. Setelah lulus langsung diangkat sebagai tenaga guru negeri

Sang Pencetus Larangan Masjid Di Swiss Itu Kini Masuk Islam


Daniel Streich, politikus Swiss, yang tenar karena kampanye menentang pendirian masjid di negaranya, tanpa diduga-duga, memeluk Islam.
Streich merupakan seorang politikus terkenal, dan ia adalah orang pertama yang meluncurkan perihal larangan kubah masjid, dan bahkan mempunyai ide untuk menutup masjid-masjid di Swiss. Ia berasal dari Partai Rakyat Swiss (SVP). Deklarasi konversi Streich ke Islam membuat heboh Swiss.
Streich mempropagandakan anti-gerakan Islam begitu meluas ke seantero negeri. Ia menaburkan benih-benih kemarahan dan cemoohan bagi umat Islam di Negara itu, dan membuka jalan bagi opini publik terhadap mimbar dan kubah masjid.
Tapi sekarang Streich telah menjadi seorang pemeluk Islam. Tanpa diduganya sama sekali, pemikiran anti-Islam yang akhirnya membawanya begitu dekat dengan agama ini. Streich bahkan sekarang mempunyai keinginan untuk membangun masjid yang paling indah di Eropa di Swiss.
Yang paling menarik dalam hal ini adalah bahwa pada saat ini ada empat masjid di Swiss dan Streich ingin membuat masjid yang kelima. Ia mengakui ingin mencari “pengampunan dosanya” yang telah meracuni Islam. Sekarang adalah fakta bahwa larangan kubah masjid telah memperoleh status hukum.
Abdul Majid Aldai, presiden OPI, sebuah LSM, bekerja untuk kesejahteraan Muslim, mengatakan bahwa orang Eropa sebenarnya memiliki keinginan yang besar untuk mengetahui tentang Islam. Beberapa dari mereka ingin tahu tentang hubungan antara Islam dan terorisme; sama halnya dengan Streich. Ceritanya, ternyata selama konfrontasi, Streich mempelajari Alquran dan mulai memahami Islam.
Streich adalah seorang anggota penting Partai Rakyat Swiss (SVP). Ia mempunyai posisi penting dan pengaruhnya menentukan kebijakan partai. Selain petisinya tentang kubah masjid itu, ia juga pernah memenangkan militer di Swiss Army karena popularitasnya.
Lahir di sebuah keluarga Kristen, Streich melakukan studi komprehensif Islam semata-mata untuk memfitnah Islam, tapi ajaran Islam memiliki dampak yang mendalam pada dirinya. Akhirnya ia malah antipati terhadap pemikirannya sendiri dan dari kegiatan politiknya, dan dia memeluk Islam. Streich sendiri kemdian disebut oleh SVO sebagai setan.
Dulu, ia mengatakan bahwa ia sering meluangkan waktu membaca Alkitab dan sering pergi ke gereja, tapi sekarang ia membaca Alquran dan melakukan salat lima waktu setiap hari. Dia membatalkan keanggotaannya di partai dan membuat pernyataan publik tentang ia masuk Islam. Streich mengatakan bahwa ia telah menemukan kebenaran hidup dalam Islam, yang tidak dapat ia temukan dalam agama sebelumnya. 

Merugilah Orang yang Menjadikan Dunia sebagai Tujuan


Oleh Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati dunia dengan firman-Nya:
“… Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” [Al-Mukmin: 39]
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan peringatan kepada manusia akan fitnah (cobaan) berupa harta dan anak-anak dengan firman-Nya:
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” [Al-Anfaal: 28]
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang manusia agar tidak selalu memperhatikan apa yang dimiliki orang lain dengan firman-Nya.
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya ….” [Thahaa: 131]
Ayat-ayat al-Qur-an yang mencela dunia sangatlah banyak, bahkan sebagian besar mencakup pencelaan terhadap dunia, memalingkan manusia dari dunia, mengajak mereka menuju kehidupan akhirat. Sangatlah jelas apa yang diungkap dalam al-Qur-an tentang hal ini, maka tidak diperlukan lagi untuk mengungkap dalil dari al-Qur-an yang menjelaskan tentang kesucian akhirat. [1]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan dunia dengan lisannya, dengan sabdanya:
“Aku sama sekali (tidak memiliki keakraban) dengan dunia, perumpamaanku dengan dunia adalah bagaikan seseorang yang ada di dalam perjalanan, dia beristirahat di bawah sebuah pohon rindang, lalu dia pergi dan meninggalkannya.” [2]
Karena banyaknya kesibukan dunia dan pekerjaan di dalam kehidupan ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian khusus kepada umatnya untuk mempersiapkan sebuah hari perjalanan dan berbekal diri untuk kehidupan akhirat, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau seorang pengembara.” [HR. Al-Bukhari]
Barangsiapa yang melihat manusia berkerumun terhadap dunia dan mereka khusyu’ dalam mengumpulkan hartanya, baik yang halal maupun yang haram, maka ingatlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Jika engkau melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan (harta) duniawi kepada seorang hamba atas kemaksiatan yang ia sukai, maka itu merupakan istidraj (tipuan yang memperdaya).” [3]
Siapa yang dirinya tergantung kepada dunia yang fana dan berjalan dengan terengah-engah di belakang materi dunia, maka semua itu akan memalingkan dirinya dari ketaatan, ibadah, dan dari melaksanakan kewajiban tepat pada waktunya. Juga dari melaksanakan kewajiban secara sempurna.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hari Kiamat telah dekat, tidak ada yang bertambah dalam (diri) manusia terhadap dunia kecuali ketamakan, dan mereka tidak bertambah kepada Allah melainkan semakin (bertambah) jauh.” [4]
Sedangkan mengumpulkan kekayaan dunia secara halal dengan menggunakannya di jalan yang halal adalah sebuah ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun jika mendapatkannya dengan cara yang haram atau menggunakannya di jalan yang haram, maka hal itu merupakan sebuah bekal yang menjerumuskan pelakunya ke dalam api Neraka.
Yahya bin Mu’adz berkata,
“Aku sama sekali tidak memerintahkanmu untuk meninggalkan dunia, akan tetapi aku memerintahkanmu untuk meninggalkan dosa-dosa. Meninggalkan dunia hanya merupakan keutamaan, sedangkan meninggalkan dosa adalah suatu kewajiban. Dan menegakkan kewajiban lebih penting bagimu daripada sebuah kebaikan-kebaikan dan keutamaan (yang sifatnya tidak wajib-ed.).”
Dunia itu -wahai saudaraku yang mulia!- adalah materi yang nampak di hadapan manusia, di dalamnya ada sebuah karunia. Yaitu bumi beserta isinya, karena sesungguhnya bumi adalah tempat tinggal bagi manusia, sedangkan apa yang ada padanya berupa pakaian, makanan, minuman beserta kebutuhan biologis. Semuanya hanya merupakan makanan badan orang yang sedang berjalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Manusia tidak akan menetap di dunia kecuali dengan semua ini. Sebagaimana unta yang tidak akan bisa melakukan perjalanan menuju haji kecuali dengan dipenuhi berbagai macam kebutuhannya. Maka siapa yang mengambilnya sebatas yang dianjurkan, berarti dia akan terpuji. Dan siapa yang mengambilnya melebihi batas kebutuhan, maka kejelekan akan menghampirinya, kemudian dia menjadi tercela.
Sebenarnya dia dilarang untuk mengambil dunia dengan cara yang jelek, karena hal itu akan mengeluarkannya dari kemanfaatan menuju kemudharatan. Dia akan sibuk dengan dunia yang dapat melupakan kehidupan akhiratnya, sehingga tujuan utama hilang dari dirinya. Dia bagaikan seseorang yang terus saja memberikan makanan kepada untanya, memberinya air, bahkan memakaikan pakaian yang bermacam-macam kepadanya. Akan tetapi, dia melupakan sekawanan lainnya yang telah pergi, akhirnya dia dan untanya berada di daerah menjadi buruan bagi binatang buas.
Manusia sama sekali tidak boleh lalai dalam memenuhi kebutuhannya, karena unta tidak akan sanggup melakukan perjalanan kecuali jika semua kebutuhannya telah terpenuhi. Cara yang tepat adalah dengan sikap pertengahan, yaitu mengambil dunia sesuai dengan kebutuhan dirinya (pertengahan) sebagai bekal dari sebuah perjalanan, walaupun dia menginginkan yang lainnya, karena memberikan kebutuhan diri adalah sikap yang benar dalam mem-berikan haknya. [5]
‘Aun bin ‘Abdillah berkata,
“Dunia dan akhirat di dalam hati bagaikan dua sisi timbangan. Jika sisi salah satunya lebih berat, maka sisi lainnya akan lebih ringan.” [6]
Siapa saja yang memuji dunia karena kehidupan yang mensejahterakannya, maka sungguh dia akan mencela karena bagiannya yang sedikit.
Jika dia (dunia) meninggalkan seseorang, maka itu adalah sebuah kerugian, dan jika dia datang maka itu adalah sebuah kegalauan. [7]
Al-Hasan pernah ditanya,
“Wahai Abu Sa’id, ‘Siapakah manusia yang paling keras teriakannya pada hari Kiamat?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang dikaruniai sebuah nikmat, tetapi dia menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah.’” [8]
Tidak diragukan bahwa orang yang menggunakan dunianya untuk ketaatan adalah sebuah kebaikan yang sangat agung, dia bershadaqah dan berinfak dengannya, dia pun ikut serta di dalam menebarkan ilmu dan membangun masjid dengannya. Ini adalah sebuah karunia yang sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala baginya, yaitu bahwasanya Dia mengarahkan harta tersebut untuk menggunakannya pada hal-hal yang bermanfaat baginya di Akhiratnya.
Orang yang mencintai harta dengan selalu mengumpulkan emas dan perak dari semenjak lahir sampai mati, sesungguhnya dia berjalan di belakang dirham dan dinar, akan tetapi, apa yang ia capai dan kemana akhir perjalanannya?!
Seorang pemuda berjalan untuk sesuatu yang tidak akan ia temukan, sedangkan jiwa hanya satu dan kegalauan menyebar.
Seseorang tidak akan hidup dengan umur yang terus memanjang, mata tidak akan terhenti sehingga berakhir sebuah kehidupan.
Dunia terkadang datang dan pergi, dari kecukupan kepada kekurangan, dari senang kepada tidak senang (sempit), dia tidak akan terus-menerus dan tidak tetap dalam satu keadaan… . Inilah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada makhluk-Nya, sebenarnya manusia berlari di belakang fatamorgana, bertahun-tahun dan berhari-hari… lalu dia akan mati.
Ia hanyalah bangkai yang berubah, padanya ada anjing-anjing yang selalu menginginkannya.
Jika engkau menjauhinya, maka engkau menyerahkan kepada penghuninya, dan jika engkau mengambilnya, maka anjing-anjingnya akan memusuhimu. [9]
‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Zuhud di dunia adalah ketenteraman hati dan badan.” [10]
Al-Hasan rahimahullah berkata,
“Aku mendapati suatu kaum (para Sahabat Nabi,-ed.)yang tidak pernah berbahagia dengan sesuatu pun dari dunia yang mereka dapatkan dan tidak pernah menyesal dengan sesuatu pun dari dunia yang hilang darinya.” [11]
Semua ini terangkum dalam perkataan Imam Ahmad, beliau berkata,
“Zuhud di dunia adalah dengan tidak memiliki angan-angan yang panjang.”
Seorang mukmin tidak layak untuk menjadikan dunia sebagai tanah air, tempat tinggal, dan merasa tenteram di dalamnya. Bahkan seharusnya dia merasakan seakan-akan dia berada dalam suatu perjalanan. [12]
Inilah pemahaman yang benar dan ilmu yang bermanfaat. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Yahya bin Mu’adz, beliau berkata,
“Bagaimana aku tidak mencintai dunia, makananku ada di dalamnya, dengannya aku menjalani kehidupan dan melaksanakan ketaatan, yang pada akhirnya aku mendapatkan Surga.” [13]
Sangat pantas jika kita merasa iri kepada mereka, tidak kepada orang-orang yang memiliki rumah-rumah atau istana-istana yang megah, sedangkan mereka lalai dalam beribadah dan menyia-nyiakan ketaatan.
Jika zaman tidak memberikan pakaian kesehatan kepadamu dan tidak memberikan makanan yang manis dan tawar Maka janganlah engkau iri terhadap orang-orang yang kaya, karena apa-apa yang ada pada mereka akan dirampas sesuai dengan apa yang diberikan oleh masa kepada mereka. [14]
‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘amhu berkata,
“Sesungguhnya dunia itu adalah Surga bagi orang kafir dan penjara bagi orang yang beriman. Dan sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin ketika dirinya keluar dari dunia adalah bagaikan seorang yang sebelumnya berada di dalam penjara, lalu dia dikeluarkan darinya. Sehingga dia berjalan di atas bumi dengan mencari keluasan.” [15]
Wahai manusia! Panah kematian tepat mengenai kalian, maka perhatikan dengan jeli. Dan jerat angan-angan ada di hadapan kalian, maka berhati-hatilah. Bahaya fitnah dunia telah mengelilingi kalian dari berbagai arah, maka jagalah diri kalian. Dan janganlah kalian tertipu dengan indahnya keadaan kalian sekarang ini, karena semuanya akan hilang, akan pergi, akan menyusut, dan akan hancur. [16]
Hari-hari berlalu kepada kita semua dengan berurutan, kita hanyalah digiring kepada ajal, sedangkan mata melihatnya.
Masa muda yang telah berlalu tidak akan pernah kembali, dan uban yang telah keruh tidak akan pernah hilang. [17]
Maka barangsiapa yang merenungi akibat dari kehidupan dunia, niscaya dia akan berhati-hati mengarunginya. Dan siapa saja yang meyakini panjangnya perjalanan (akhirat), maka dia akan mempersiapkan bekal untuk perjalanan tersebut. [18]
Kita telah melakukan kelalaian di dunia ini, sedangkan dosa datang silih berganti.
[Disalin dari kitab Ad-Dun-yaa Zhillun Zaa-il, Penulis ‘Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim, Edisi Indonesia Menyikapi Kehidupan Dunia Negeri Ujian Penuh Cobaan, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
__________
Footnotes
[1]. Al-Ihyaa’ dengan ringkasan (III/ 216).
[2]. HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani.
[3]. HR. Ahmad, ath-Thabrani, dan al-Baihaqi. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani.
[4]. HR. Al-Hakim dari Ibnu Mas’ud dan hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani.
[5]. Mukhtashar Minhaajil Qaashidiin, hal. 211.
[6]. Tazkiyatun Nufuus, hal. 129.
[7]. Bustaanul ‘Aarifiin, hal. 17.
[8]. Al-Hasan al-Bashri, hal. 47.
[9]. Syadzaraatudz Dzahab (XX/10).
[10]. Taariikh ‘Umar, hal. 26.
[11]. Az-Zuhd, hal. 230, karya Imam Ahmad.
[12]. Jaami’ul ‘Uluum, hal. 3780.
[13]. Tazkiyatun Nufuus, hal. 128.
[14]. Az-Zuhd, hal. 116, karya al-Baihaqi.
[15]. Syarhush Shuduur, hal. 13.
[16]. Al-‘Aaqibah, hal. 69.
[17]. Syadzaraatudz Dzahab (VI/231).
[18]. Shaidul Khaathir, hal. 25.
***
Artikel Islam dari almanhaj.or.id

KAMI BUKAN TERORIS..!!.

Kelompok pemuda yang berbasis di toronto berharap untuk menghilangkan mitos dan kesalahpahaman tentang Islam dan Alquran dengan mengadakan pameran Alquran ke Peterborough. Majelis Khuddamul Ahmadiyah Kanada, telah menyisir lingkungan di kanada selama muslim dingin, mencoba untuk menyebarkan Alquran.

"Kami telah menyisir lingkungan masyarakat mengutuk terorisme, mempromosikan perdamaian dan membawa kesadaran tentang Islam yang damai." ujar Rizwan Rabbani.

Musim dingin ketika cuaca dingin ekstrim, itu adalah waktu untuk memenangkan hati masyarakat. Anda pergi dan mengetuk pintu seseorang ketika cuaca -30C dan menjelaskan kepada mereka bahwa kami serius, kami bukan teroris, kami adalah orang yang baik-baik.

Ketika pastur Florida Terry Jones membarak Alquran dan memicu kerusuhan berdarah di Afganistan, kelompok Ahmadiyah memutuskan untuk menjadi tuan rumah serangkaian acara di seluruh Kanada untuk meningkatkan pemahaman publik tentang Islam." Kata Rabbani.

Ketika kita pergi untuk menghilangkan banyak mitos, ada banyak kesalahpahaman tentang islam," katanya. "Islam berarti damai. Islam adalah agama persaudaraan. Islam tidak mengajarkan kekerasan atau terorisme dalam bentuk apapun."

Acara di peterborough ini berjalan sampai pukul 16 sore di perpustakaan St. Anylmer ketika relawan akan menyapa setiap pengunjung dan memperlihkan untuk mengajukan pertanyaan. acara tersebut tidak dikenakan biaya dan pengujung yang meninggalkan acara akan mendapat salinan Alquran gratis.

Kamis, 24 November 2011

SELAMAT DATANG GREYSON CHANCE

Penyanyi fenomenal berusia 14 tahun asal Oklahoma, Amerika Serikat, Greyson Chance, mengunjungi Indonesia. Kedatangannya langsung disambut oleh tweeps di Jakarta pada Rabu, 23 November 2011.
Chance merupakan penyanyi muda yang tenar setelah merekam aksinya menyanyikan lagu "Paparazzi" milik penyanyi eksentrik Lady Gaga dan menggunggahnya ke Youtube. Video aksi Chance itu ditonton (view) sebanyak  44.583.314 kali.
Menurut rencana, Chance akan melakukan konser dan Meet & Greet dengan penggemarnya di Jakarta pada 24 November 2011 besok. Kehadirannya di Jakarta itulah yang kemudian menampilkan namanya dalam Trending Topic Twitter.com di Jakarta

Rabu, 23 November 2011

Hadiah dan Nepotisme Bayangi Pernikahan Ibas & Aliya


Pernikahan Ibas-Aliya mendapat sorotan. Terutama soal biaya pernikahan dan digunakannya Istana Cipanas sebagai tempat akad nikah. Sorotan ini tidak salah, tetapi sebetulnya tidak terlalu mendasar.
Soal biaya misalnya, tentu saja hak para orangtua kedua mempelai untuk menetapkan anggaran. Juga sangat tidak pantas jika sebuah pesta digelar di Istana, lalu tempatnya pun tidak didandani sebaik mungkin.
Dan terlalu berlebihan kalau SBY dan Hatta Rajasa diminta untuk mengklarifikasi hadiah-hadiah yang diterima oleh anak mereka dalam rangka pesta pernikahan tersebut. Ditegur ataupun tidak, diingatkan atau tidak SBY dan Hatta Rajasa pasti sadar apa dan bagaimana tindakan mereka mengenai soal hadiah.
Apalagi kedua tokoh ini tahu benar tentang keberadaaan undang-undang soal pemberian hadiah sesuai UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Artinya setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi wajib melaporkan kepada KPK sehingga lebih baik jika sejak awal undangan diberitahu untuk tidak memberi hadiah atau bingkisan bahkan berbentuk uang kepada kedua mempelai.
Hanya saja publik melihat kesan SBY terlalu reaktif. SBY langsung menyatakan agar tamu yang menghadiri hajatan puteranya, tidak perlu membawa hadiah. Bagaimana pun Ibas sebagai Kepala Rumah Tangga baru, pasti berharap akan ada sahabat yang mau memberi hadiah sebagai kenang-kenangan dan tanda suka cita.
Dan namanya juga orang berpesta. Tentu mereka punya kepentingan sebuah pesta berjalan sukses. Bahkan kalau ada yang menyumbang secara diam-diam kepada keluarga SBY maupun Hatta Rajasa, sebetulnya tidak masalah. Bangsa ini jangan keblablasan.
Dalam sistem kekerabatan bangsa, menyumbang sebetulnya merupakan perbuatan yang mulia. Lagi pula sumbangan itu ada alasannya. Lain halnya kalau SBY dan Hatta Rajasa setiap tahun bergantian menyelenggarakan pesta pernikahan.
Belum lagi kebiasaan memberi hadiah pada pasangan yang menikah, sudah membudaya. Jadi tidak adil sebetulnya kalau Ibas dan Aliya tidak boleh menerima hadiah. Cuma masalahnya memang menjadi serba salah dan patah arang, gara-gara bangsa ini sedang ramai-ramainya memberantas korupsi dan pemberian hadiah atau sumbangan sejenis. Semua itu dianggap sebagai sebuah pelanggaran (hukum) atau bagian dari korupsi.
Sesungguhnya persoalan yang lebih penting bagi bangsa akibat pernikahan Ibas dan Ailya adalah terjadinya sebuah nepotisme secara terbuka dalam sistem politik kita. Selain nepotisme penyelenggaran pesta pernikahan ini terlalu panjang yakni pada 22, 24 dan 26 November 2011. Gara-gara pesta Ibas-Aliya, Indonesia selama satu pekan ini libur nasional secara tidak resmi.
Bukan salah Ibas maupun Aliya ketika mereka berdua saling jatuh cinta di saat kedua orang tua mereka menduduki posisi penting di negara kita. Tetapi kekhawatiran atas nepotisme baru bakal merebak setelah pernikahan Ibas dan Aliya. Antara lain karena dalam beberapa waktu terakhir ini, anak-anak sejumlah pejabat penyelenggara negara saling menikah dengan anak tokoh masyarakat.
Puteri Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan misalnya menikah dengan putera Amin Rais. Adik kandung Menteri Percepatan Daerah Tertinggal menikah dengan anaknya Ketua Umum PB NU. Di pemerintahan SBY sendiri bukan rahasia lagi Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo merupakan adik ipar Presiden SBY.
Sementara di Partai Demokrat, partai penguasa, entah berapa banyak yang menjadi anggota sekaligus mempunyai tali persaudaraan dengan anggota lainnya. Nepotisme diadopsi oleh hampir semua partai politik.
Mengapa nepotisme menjadi persoalan? Sebabnya banyak. Nepotisme dianggap sebagai salah satu praktek yang melemahkan penyelenggaraan negara secara benar dan bersih. Pada 1996 adalah Amien Rais, Sri Sultan Hamengku Buwono, Megawati Sukarnoputri dan Adurrahman Wahid yang berkumpul di Jakarta kemudian menyatakan kebulatan tekad untuk memberantas Nepotisme, Korupsi dan Kolusi (NKK).
Tekad itu dikumandangkan oleh mereka, sebab pemerintahan Soeharto yang sudah berkuasa selama 30 tahun, makin sarat dengan praktek NKK atau KKN. Nepotisme dalam pemerintahan Soeharto misalnya terlihat pada banyaknya anggota keluarga Cendana, keluarga Menteri dan keluarga Jenderal yang menduduki posisi-posisi penting atau posisi basah dalam birokrat Indonesia.
Pada 1997, tekad memberantas Nepotisme itu bergulir dengan cepat yang kemudian berujung pada jatuhnya pemerintahan Soeharto pada Mei 1998. Sampai saat ini tidak ada yang berani menyatakan bahwa Nepotisme yang ditentang Amien Rais dan kawan-kawan berhasil dihapus atau tidak. Sebab banyak pejuang dan aktivis anti Nepotisme itu sendiri kini sudah lupa akan apa yang mereka perjuangkan lebih dari sepuluh tahun lalu.
Oleh sebab itu yang perlu diingatkan kepada SBY dan Hatta Rajasa adalah soal memurnikan Indonesia dari Nepotisme. Peringatan kepada kedua tokoh ini penting. Karena SBY dan Hatta Rajasa yang juga berstatus pemimpin partai berbeda.
Dengan pernikahan anak-anak mereka, akan ada imbas politik pada hubungan Partai Demokrat (PD) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Mungkin akan semakin sulit membedakan PD dan PAN karena kebetulan warna lambangnya dua-duanya didominasi oleh warna biru. Setelah pernikahan Ibas-Aliya, Hatta mungkin akan menjadi Wapres de-facto.
Diakui atau tidak, disengaja atau tidak, PD dan PAN akan terdorong untuk membentuk koalisi baru. Disengaja atau tidak bakal timbul kerikuhan antara kader papan atas dari kedua partai yang sebelumnya saling bersaing.
Mengingat SBY dan Hatta merupakan tokoh sentral dalam pemerintahan Indonesia, sulit untuk mengatakan keduanya akan mampu membedakan mana kepentingan partai, kepentingan negara dan kepentingan pribadi.
Tentu saja kita tidak boleh terlalu apriori bahwa Ibas dan Aliya akan ikut mempelopori nepotisme dalam arti yang lebih luas. Tetapi akan terlalu naif apabila kita katakan mereka berdua tidak punya obsesi untuk memperpanjang kekuasaan orangtua mereka.
Dengan posisi Ibas sebagai Sekjen Partai Demokrat sementara Hatta Rajasa sebagai mertuanya duduk selaku Ketua Uum DPP PAN, jelas sulit mencegah kedua partai melakukan koalisi, koalisi mana pasti mengandung elemen nepotisme.
Dan dengan disebut-sebutnya Hatta Rajasa sebagai sosok calon Presiden RI yang akan menggantikan SBY, sulit untuk tidak mengatakan bahwa SBY dan Hatta Rajasa tidak akan berbicara mengenai koalisi memenangkan Pilpres 2014.
Dalam perayaan pesta pernikahan ini saja, yang menetapkan tanggal acaranya terdiri atas 22 November (melamar), 24 November (Ijab Kabul) dan 26 Nopember 2011 (resepsi di JCC), sudah menunjukkan betapa SBY dan Hatta Rajasa telah menjadikan pesta pernikahan anak mereka sebuah hajatan nasional sekaligus libur nasional.
Tiga acara yang digelar terpisah dalam seminggu itu telah membuat para Menteri mau tidak mau meliburkan sendiri lembaga atau kementerian yang mereka pimpin. Inilah salah satu dampak negatif dari sebuah nepotisme